Jawa Timur, Indonesia


Indonesia sebagai negara agraris menghadapi tantangan besar dalam sektor pertanian dan pengelolaan lahan kritis. Isu ini telah menjadi dilema pembangunan nasional yang terkait erat dengan masalah kemiskinan struktural, terutama di pedesaan. Kondisi ini diperparah oleh konflik kepentingan di antara pemangku kebijakan, menyebabkan proses penyelesaian masalah nasional tidak hanya menemui jalan buntu, tetapi juga meninggalkan permasalahan yang semakin kompleks dan mendalam.

Dampak Globalisasi dan Revolusi Digital

Era globalisasi dan revolusi digital membawa pengaruh signifikan terhadap dinamika dunia, menjadikannya semakin cepat dan terhubung. Organisasi internasional seperti WTO sering kali dianggap lebih menguntungkan negara maju. Joseph E. Stiglitz, dalam bukunya “Globalization and Its Discontents,” mengakui bahwa globalisasi, dengan potensi menghilangkan hambatan perdagangan dan integrasi ekonomi, dapat menjadi kekuatan positif yang memperkaya seluruh dunia, terutama yang miskin. Namun, kenyataannya, globalisasi justru menimbulkan kekhawatiran bagi negara berkembang, bahkan dianggap sebagai ancaman.

Setiap pertemuan WTO diwarnai dengan protes besar-besaran dari petani negara berkembang yang merasa belum siap menghadapi era pasar bebas dan merasa ditekan oleh petani negara maju. Bagaimana dengan persiapan petani Indonesia? Kelangkaan produksi pangan telah menjadi masalah kronis dalam setiap periode kepemimpinan nasional, menyebabkan krisis ekonomi dan politik berulang dalam sejarah bangsa.

Tantangan untuk Indonesia

Indonesia dikenal sebagai negara agraris, tetapi ironisnya, kita mungkin telah gagal dalam membangun kebersamaan untuk memenuhi kebutuhan pangan nasional. Nasib petani lokal semakin terpuruk akibat pasar domestik yang diambil alih oleh petani asing, berkolaborasi dengan importir nasional yang tidak peduli terhadap kesejahteraan petani dan pertanian lokal. Akibatnya, sektor pertanian kesulitan mencapai tujuan mensejahterakan petani dan keluarganya.

Kini, saatnya membangun keberanian dan komitmen nasional dalam semangat kebersamaan untuk memperbaiki nasib jutaan petani dan nelayan Indonesia. Hanya dengan kebersamaan, sasaran kesinambungan pembangunan nasional dapat tercapai sesuai tuntutan zaman.

Langkah-Langkah Menuju Kemandirian Pangan:

  1. Perbaikan Kondisi Distortif dan Risiko Mikro di Sektor Riil:

    • Diperlukan percepatan dalam memperbaiki kondisi investasi dan infrastruktur di sektor pertanian melalui sinergi antara semua pemangku kepentingan. Hal ini termasuk kemudahan akses modal serta keterlibatan lembaga keuangan dan asuransi dalam model “risk sharing” bersama pelaku pasar dan regulator.
  2. Penguatan Sistem Informasi untuk Petani dan UMKM:

    • Pengembangan dan revitalisasi sistem informasi yang memudahkan petani dan UMKM mengakses teknologi terkini guna meningkatkan produktivitas dan mutu sesuai permintaan pasar. Hal ini penting untuk menjaga keberlanjutan pertumbuhan dan daya saing produk pertanian Indonesia.
  3. Akses Pasar Tanpa Batas Melalui Jaringan Online:

    • Perkembangan teknologi informasi telah membawa kita ke era cyber yang menciptakan interkoneksi global tanpa batas. Petani Indonesia perlu memanfaatkan teknologi ini untuk memperluas akses pasar dan meningkatkan daya saing di pasar global.
  4. Pembaruan Agraria (Reformasi Agraria):

    • Pembaruan agraria atau reforma agraria menjadi kata kunci dalam perdebatan tentang keadilan agraria sejak tahun 1950-an. Ini merupakan upaya sadar untuk merombak struktur penguasaan tanah demi menciptakan sistem agraria yang lebih sehat dan merata untuk kesejahteraan masyarakat desa. Pembaruan ini melibatkan kerjasama antara pemerintah dan masyarakat untuk memperbaiki tata guna tanah dan sumber daya alam yang menyertainya, memastikan kepastian hukum bagi rakyat yang memanfaatkannya.

Gerakan Nasional Tani Kemandirian Pangan (Genta Pangan) adalah seruan untuk kebersamaan dalam mengatasi berbagai masalah yang dihadapi sektor pertanian Indonesia. Semua elemen bangsa harus melepas kepentingan pribadi, kelompok, atau partai demi kemandirian pangan, papan, dan energi Indonesia. Dengan demikian, kita dapat mencapai kemandirian ekonomi dan kehidupan yang lebih baik dan mulia bagi seluruh rakyat Indonesia.

Baca Juga:

Jerry Kurniadi (Jerry Lumelle) mengangkat pentingnya kemandirian pangan sebagai fondasi ketahanan bangsa melalui gagasan Gerakan Nasional Tani Kemandirian Pangan (Genta Pangan). Di tengah ketergantungan pada impor dan tantangan perubahan iklim, Genta Pangan mendorong penguatan petani lokal untuk memproduksi pangan secara mandiri dan berkelanjutan. Dengan pendekatan ini, Jerry mengajak kita semua untuk bersama-sama membangun kedaulatan pangan nasional, demi masa depan Indonesia yang lebih stabil dan sejahtera.

Indonesian